time skip

sedikit agak basi kalau mau ngeluh ‘sudah lama gag update’, karena pada dasarnya juga sudah tidak fokus lagi membuat konten baru untuk blog ini. ini pun juga melaksanakan ritual 3 maret saja. sepertinya yang tahun kemarin terlewat, banyak kisah pademi yang ingin diceritakan, sayangnya malas lebih mendominasi ketimbang harus repot-repot ngeblog. dan tak rasa hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. momen itu lewat begitu saja. yasudah lah yaaaaa

32 tahun my age lah, sejak dua tahun yang lalu tim 3 maret bertambah satu, kebetulan jaraknya juga 30 tahun, jadi ngitungnya juga gag susah. dari kami dari tim 3 maret, terimakasih ya Allah atas kehidupan ini 🙂

#melawanasap

BLOG 2019 MELAWANASAP

Sudah hampir sebulanan ini matahari pagi tampak agak malu-malu dan merona merah. padahal sekarang tidak musim penghujan, tapi kadang suasana diluar masih saja terasa mendung. Dikira hujan ternyata tidak, ya paling tidak panasnya tidak begitu menyengat. Aktifitas kota sebenarnya bisa terbilang normal, hanya saja ada beberapa daerah meliburkan sekolahnya. Dijalanan tingkat ninja menaiki motor juga meningkat drastis, terlihat dari penutup wajahnya (saya yakini itu ninja fix). Digrup WA keluarga pun sudah mulai bertebaran berita simpang siur,tak lupa tips dan trik cara menjadi ninja yang benar.

Yaaa setelah akhir 2015 lalu smoker berhasil menginvasi beberapa daerah disumatra, tahun ini ini smoker mencoba kembali invasi daerah sumatra dan klaimantan. uhmmmm,,,,saya mencium aroma ini adalah agenda akhir tahun. entah ini disengaja atau tidak tapi sikap kita tetap jelas #melawanasap .

 

Cah Bagus 2

BLOG 2019

3 maret 2019, tepat ketika menginjak usia kepala tiga Allah menitipkan tambahan amanah seorang bocah lanang lagi, malam tanggal 2 di Payakumbuh saat itu saya masih mengerjakan deadline yang kayak baju belum distrika gag habis-habis, disudut kasur istri meringis sambil menahan kontraksi palsu yang datang beberapa menit sekali, akhirnya di tengah malam sang istri menyerah dan minta diatar ke rumah bersalin. saya pun langsung berkemas membawa barang-barang yang sudah jauh hari kami persiapan kan untuk persalinan ini, berangkatlah kami ke RSIA.

Sesampainya di RSIA kami langsung masuk ke IGD, beberapa bidan jaga malam datang membawa alat pemeriksaan dan langsung melakukan tugas yang seharusnya mereka lakukan (kan saya gag ngerti). ‘masih bukaan 2 pak, kemungkinan masih lama ini pak, ditunggu dirumah saja’ begitu kata salah seorang bidan. lalu saya coba diskusikan ini dengan istri memintai pendapat dia mau tetap menunggu disini atau pulang saja. Sang istripun berpendapat mungkin kalau nunggu disini sepertinya bakal lebih nyaman dan ya, pergilah saya mengurus adimistrasi untuk mengambil kamar. Dalam ekspekstasi kami bakal nyaman lah menunggu dikamar saat saat kontraksi itu tiba, para tenaga medis stand by menjaga selalu, ternyata tidak begitu begitu amat setibanya dikamar sudah ada pasangan yang juga menunggu proses persalinan. dan disitulah terjadi akward momen, mau obral obrol takut kedengaran, mau mesramesaraan sama istri juga risih, akhirnya saya dan istri coba untuk tidur saja diatas kasur pasien yang sebenarnya hanya cukup untuk satu orang tapi kami memaksakan karna istri gag tega liat saya tidur sambil duduk.

Tak lama berselang tidur saya yang tidak begitu dalam kembali terusik. Istri sudah mulai merasa tak nyaman menunggu di ruangan itu, kami mulai menghitung opsi dari kemungkinan pindah kelas ke VIP atau pindah rumah bidan. Pindah kelas ke VIP jelas itu tidak bakal jadi pilihan karna jujur saya tidak mempersiapkan dana untuk itu. akhirnya pilihan jatuh pindah kerumah bidan saja, namun bakal menyusahkan orang lagi, karena saudara yang mengantar kami secara teknis tadi sudah sampai dirunah (FYI jarak waktu yang ditempuh kerumah itu jika normal sekitar 25 menitan), dan kami memintanya kembali lagi buat antar ke tempat bidan.

Disinilah saya merasa tidak bisa menyetir mobil itu suatu kesalahan yang fatal untuk kondisi yang seperti ini. Tak lama menunggu jemputan pun datang, kami bergegas keluar tak lupa pamit pada penjaga yang ada (tentunya gag pakai salim segala) untuk menuju rumah bidan. Hari sudah menunjukan jam 3 pagi, waktu yang tak lazim untuk bertamu kerumah orang, untungnya kami tak lagi bertamu. sesampinya dirumah bidan, istri saya langsung divonis harus segera melahirkan, karna bukaannya sudah lengkap. Seketika bu bidan pun mempersiapakan peralatannya, saya pun diminta menyiapakan kainkain yang dibutuhkan untuk si dedek bayi.

Sekitar satu jaman lebih istri saya tak henti-hentinya mencoba untuk ngejan sianak, sedikit demi sedikit usahanya menampak hasil. saya berusaha menyemangati sang istri bak supporter timnas distudio GBK. ‘sedikit lagi,,,sedikit lagi,, sudah keliataaan!!!!’ (semoga istri saya gag kesel mendengarnya) 😀 . Lalu keheningan subuh itu pecah dengan suara tangisan ‘oeeeek ooekk’, jujur serasa kami baru pulang dari medan tempur dengan selamat. Alhamdulillah yah!

fulltime father

BLOG N1

Tanggal 23 di hari jumat, suaramu pecah seiring bunyi serine imsak dibulan Ramadhan tahun lalu, lebih cepat beberapa hari dari perkiraan dokter kandungan, mungkin kamu sudah tak sabar ya nak. 😀

oh ya nak, gag usah basabasi tentang kelahiranmu ya, ntar dikira postingan ultah sama netijen, judulnya aja fulltime father, berarti cerita tentang bapak dulu ya. tapi ya gag cerita inspiratif atau sesansional lambe turah juga sih.

nak, ada masa dimana bapak harus mengambil keputusan untuk mencari nafkah dirumah saja atau bapak biasa nyebutnya pengangguran, semoga Allah selalu bukakan  pintu rezeki yang halal lagi toyib bagi keluarga kecil kita ya nak. biar kata bapak gag ngantor, tapi bapak usahain deh tetap keluar rumah skali-skali ntar pulang-pulang malem biar keliatan lembur eh biar dikira kayak orang-orang gitu.

satu hal yang pasti nak, bisa membersamai mu ditiap hari mu suatu kebahagian untuk bapak 🙂

Cah Bagus

Dua bulan sudah saya resmi menjadi seorang bapak, dari seorang anak yang dikandung oleh istri saya selama sembilan bulan. 23 juni 2017 waktu itu, memasuki malam injury time ramadhan disebuah kampung kecil sarilamak, tetiba sang istri kembali mengeluhkan sakit perut yang tak tertahan, ini hari ketiga dan dia sudah merasa tak sanggup menahan. Sebenarnya dari pagi dan sore kita sudah bolak balik puskesmas dan rumah bidan untuk memeriksakan kandungan istri saya, namun bidan masih bilang belum ada apa-apa. Malamnya istri minta diantar lagi untuk ketiga kalinya, kita bersepakatan untuk tinggal dirumah bidan agar tidak susah jika terjadi kondisi darurat dimalam hari.

Memasuki tengah malam sang istri pun mulai mengerang kesakitan, asisten bidan dengan sigap membantu mengecek kondisi kandungan, sudah mulai ada bukaan kabar asisten itu. Perasaanpun mulai bercampur antara bahagia dan cemas. Selama proses menunggu bukaan sampai pecah ketuban saya berusaha menenangkan istri, sembari memberi semangat. sekitar jam 3 dini hari, ketuban mulai pecah. saya melihat istri yang sudah mulai bertambah pesakitannya berusaha mendorong si anak agar bisa bekerjasama buat keluar dari perut. Alhamdulillah tangis sang anak pecah seiring bunyi serine imsak, itu adalah momen hidup dan mati yang tak bisa saya lupakan. selama proses IMD segera saya telpon ibuk sembari meminta maaf atas silap yang mungkin pernah saya lakukan lalu mengabarkan kalau anak saya sudah lahir. oiya nak kala itu hari jumat ramadhan, hari dimana bapak juga dilahirkan.

Satu bulan setelah kelahiran, saya mendapatkan kabar dari kampung kalau anak saya masuk rumah sakit. Bumi serasa runtuh, sesaat saya pun terdiam sambil menyenderkan kepala kedinding, ‘Ya Allah cobaan apalagi ini?’. Sejenak saya tenangkan diri sembari membuat perencanaan untuk pulang. beberapa kemungkinan sudah saya siapkan, saya coba menghubungi beberapa teman yang bisa membantu merealisasikan perencaan yang sudah saya buat. Sekitar jam satuan dari padang saya dan salah satu anggota genk cabiak pun berangkat. Gas pun digeber sejadinya karna jalanan yang juga sepi, dua setengah jam padang – payakumbuh gokkkks gak tuh, kami pun langsung menuju rumah sakit YARSI Payakumbuh. Tetibanya dirumah sakit saya temukan anak sudah terbaring lemah dengan tangan diinfus, sembari ditunggui oleh ibu dan neneknya.