Cah Bagus

Dua bulan sudah saya resmi menjadi seorang bapak, dari seorang anak yang dikandung oleh istri saya selama sembilan bulan. 23 juni 2017 waktu itu, memasuki malam injury time ramadhan disebuah kampung kecil sarilamak, tetiba sang istri kembali mengeluhkan sakit perut yang tak tertahan, ini hari ketiga dan dia sudah merasa tak sanggup menahan. Sebenarnya dari pagi dan sore kita sudah bolak balik puskesmas dan rumah bidan untuk memeriksakan kandungan istri saya, namun bidan masih bilang belum ada apa-apa. Malamnya istri minta diantar lagi untuk ketiga kalinya, kita bersepakatan untuk tinggal dirumah bidan agar tidak susah jika terjadi kondisi darurat dimalam hari.

Memasuki tengah malam sang istri pun mulai mengerang kesakitan, asisten bidan dengan sigap membantu mengecek kondisi kandungan, sudah mulai ada bukaan kabar asisten itu. Perasaanpun mulai bercampur antara bahagia dan cemas. Selama proses menunggu bukaan sampai pecah ketuban saya berusaha menenangkan istri, sembari memberi semangat. sekitar jam 3 dini hari, ketuban mulai pecah. saya melihat istri yang sudah mulai bertambah pesakitannya berusaha mendorong si anak agar bisa bekerjasama buat keluar dari perut. Alhamdulillah tangis sang anak pecah seiring bunyi serine imsak, itu adalah momen hidup dan mati yang tak bisa saya lupakan. selama proses IMD segera saya telpon ibuk sembari meminta maaf atas silap yang mungkin pernah saya lakukan lalu mengabarkan kalau anak saya sudah lahir. oiya nak kala itu hari jumat ramadhan, hari dimana bapak juga dilahirkan.

Satu bulan setelah kelahiran, saya mendapatkan kabar dari kampung kalau anak saya masuk rumah sakit. Bumi serasa runtuh, sesaat saya pun terdiam sambil menyenderkan kepala kedinding, ‘Ya Allah cobaan apalagi ini?’. Sejenak saya tenangkan diri sembari membuat perencanaan untuk pulang. beberapa kemungkinan sudah saya siapkan, saya coba menghubungi beberapa teman yang bisa membantu merealisasikan perencaan yang sudah saya buat. Sekitar jam satuan dari padang saya dan salah satu anggota genk cabiak pun berangkat. Gas pun digeber sejadinya karna jalanan yang juga sepi, dua setengah jam padang – payakumbuh gokkkks gak tuh, kami pun langsung menuju rumah sakit YARSI Payakumbuh. Tetibanya dirumah sakit saya temukan anak sudah terbaring lemah dengan tangan diinfus, sembari ditunggui oleh ibu dan neneknya.

 

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.